.

Jumat, 30 November 2012

Hari Guru, Profesionalisasi dan Kompetensi Jadi Prioritas


JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai penghormatan kepada guru, Pemerintah Republik Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 menetapkan bahwa tanggal 25 November dijadikan sebagai Hari Guru Nasional. Pemilihan tanggal ini diambil karena bertepatan dengan hari kelahiran Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Kepala Pusat Pengembangan Profesi Pendidik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan, Hari Guru yang jatuh pada hari Minggu (25/11/2012) tersebut mengambil tema "Memacu Profesionalisasi Guru Melalui Peningkatan Kompetensi dan Penegakan Kode Etik".
"Tema ini dipilih sebagai momentum bahwa profesi guru menuntut upaya yang terus menerus terutama dari diri guru itu sendiri," kata Unifah di Jakarta, Jumat (23/11/2012).
Tidak hanya dari segi kompetensi, kode etik guru merupakan salah satu hal yang perlu ditegakkan oleh para guru. Untuk itu, ia menyambut baik kode etik guru oleh PGRI dan adanya pembentukaan Dewan Kehormatan Guru Indonesia secara luas.
"Ini semua menjadi penentu kelayakan guru dalam menjalankan tugas profesionalnya dalam menyiapkan generasi penerus yang lebih baik," ujar Unifah.
Dalam rangka Hari Guru ini, instansi terkait akan melaksanakan upacara bendera di masing-masing kantor daerah setempat pada tanggal 25 November. Sementara itu, acara puncak akan digelar pada tanggal 4 Desember 2012 di Sentul. Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dijadwalkan hadir pada acara puncak tersebut.
Bertepatan dengan Hari Guru ini, para pendidik, kepala sekolah, dan pimpinan daerah yang berdedikasi dalam dunia pendidikan maka akan menerima anugerah Tanda Kehormatan Satyalancana Pendidikan dan Satyalancana Pembangunan di Bidang Pendidikan.
Rangkaian acara Hari guru akan ditutup dengan ASEAN Council of Teacher yang akan digelar di Bali pada tanggal 7-9 Desember dengan dihadiri oleh 1000 perwakilan guru dari 10 negara anggota ASEAN dan Korea Selatan.

Sistem Pendidikan Indonesia Terendah di Dunia


KOMPAS.com - Sistem pendidikan Indonesia menempati peringkat terendah di dunia. Berdasarkan tabel liga global yang diterbitkan oleh firma pendidikan Pearson, sistem pendidikan Indonesia berada di posisi terbawah bersama Meksiko dan Brasil. Tempat pertama dan kedua diraih oleh Finlandia dan Korea Selatan, sementara Inggris menempati posisi keenam.

Peringkat itu memadukan hasil tes internasional dan data seperti tingkat kelulusan antara 2006 dan 2010. Sir Michael Barber, penasihat pendidikan utama Pearson, mengatakan peringkat disusun berdasarkan keberhasilan negara-negara memberikan status tinggi pada guru dan memiliki "budaya" pendidikan.


Perbandingan internasional dalam dunia pendidikan telah menjadi semakin penting dan tabel liga terbaru ini berdasarkan pada serangkaian hasil tes global yang dikombinasikan dengan ukuran sistem pendidikan seperti jumlah orang yang dapat mengenyam pendidikan tingkat universitas. 

Gambaran perpaduan itu meletakkan Inggris dalam posisi yang lebih kuat dibandingkan tes Pisa dari Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), yang juga merupakan salah satu tes dalam proses penyusunan peringkat. Pertimbangan-pertimbangan dalam peringkat ini diproduksi untuk Pearson oleh Economist Intelligence Unit.

Kompetisi global
Dua kekuatan utama pendidikan adalah Finlandia dan Korea Selatan, lalu diikuti oleh tiga negara di Asia, yaitu Hong Kong, Jepang dan Singapura. 

Inggris yang dianggap sebagai sistem tunggal juga dinilai sebagai "di atas rata-rata" lebih baik dari Belanda, Selandia Baru, Kanada dan Irlandia. Keempat negara itu juga berada di atas kelompok peringkat menengah termasuk Amerika Serikat, Jerman dan Prancis.

Perbandingan ini diambil berdasarkan tes yang dilakukan setiap tiga atau empat tahun di berbagai bidang termasuk matematika, sains dan kesusasteraan serta memberikan sebuah gambaran yang semakin menurun dalam beberapa tahun terakhir. Tetapi tujuan utamanya adalah memberikan pandangan multidimensi dari pencapaian di dunia pendidikan dan menciptakan sebuah bank data yang akan diperbaharui dalam sebuah proyek Pearson bernama Learning Curve.

Melihat dari sistem pendidikan yang berhasil, studi itu menyimpulkan bahwa mengeluarkan biaya adalah hal penting namun tidak sepenting memiliki budaya yang mendukung pendidikan. Studi itu mengatakan biaya adalah ukuran yang mudah tetapi yang lebih kompleks dampak yang lebih kompleks adalah perilaku masyarakat terhadap pendidikan, hal itu dapat membuat perbedaan besar.

Kesuksesan negara-negara Asia dalam peringkat ini merefleksikan nilai tinggi pendidikan dan pengharapan orang tua. Hal ini dapat menjadi faktor utama ketika keluarga bermigrasi ke negara lain, kata Pearson.

Ada banyak perbedaan di antara kedua negara teratas yaitu Finlandia dan Korea Selatan, menurut laporan itu, tetapi faktor yang sama adalah keyakinan terhadap kepercayaan sosial atas pentingnya pendidikan dan "tujuan moral."

Kualitas guru
Laporan itu juga menekankan pentingnya guru berkualitas tinggi dan perlunya mencari cara untuk merekrut staf terbaik. Hal ini meliputi status dan rasa hormat serta besaran gaji.

Peringkat itu menunjukkan bahwa tidak ada rantai penghubung jelas antara gaji tinggi dan performa yang lebih baik. Dan ada pula konsekwensi ekonomi langsung atas sistem pendidikan performa tinggi atau rendah, kata studi itu, terutama di ekonomi berbasis keterampilan dan global. Tetapi tidak ada keterangan jelas mengenai pengaruh manajemen sekolah dengan peringkat pendidikan.

Peringkat untuk tingkat sekolah menunjukkan bahwa Finlandia dan Korea Selatan memiliki pilihan tingkat sekolah terendah. Namun Singapura yang merupakan negara dengan performa tinggi memiliki tingkat tertinggi.

Segera, Uji Publik Kurikulum Baru di 5 Kota Besar


JAKARTA, KOMPAS.com - Uji publik kurikulum 2013 akan segera dimulai, Kamis (29/11/2012). Berbagai cara ditempuh oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk melihat respon masyarakat terhadap draf kurikulum yang rencananya akan diterapkan pada tahun ajaran 2013/2014 mendatang.

Selain mensosialisasikan draf kurikulum baru lewat laman resminya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) M Nuh mengatakan kementerian akan melakukan uji publik ke lima kota besar di Indonesia. Uji publik dilakukan melalui roadshow yang melibatkan berbagai kalangan seperti sekolah, guru, pengamat pendidikan, praktisi pendidikan, anggota DPR, PGRI, persatuan guru lainnya dan juga para Kepala Dinas dan Kepala Bidang dari Dinas dan kesatuan yang berkaitan dengan pendidikan.

Lima kota besar yang akan disasar adalah Jakarta, Medan, Yogyakarta, Denpasar dan Makassar. Pemilihan kelima kota ini didasarkan pada jumlah penduduk, kepadatannya dan jumlah peserta didiknya. Selain lima kota tersebut, terdapat 33 kota dan kabupaten yang juga dipilih sebagai lokasi uji publik.

Nantinya uji publik yang digelar di lokasi-lokasi tersebut akan berisi paparan, pembahasan, diskusi, tukar pikiran dan penyusunan kompetensi seperti untuk standar kelulusan. Berbagai masukan yang masuk akan diterima dan dievaluasi oleh Kemendikbud untuk menyempurnakan kurikulum yang akan berlaku pada Juni 2013.

"Akan kami terima masukannya dan dimatangkan lagi agar kurikulum ini sempurna," tuturnya di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Senin (26/11/2012).

Nuh berharap masyarakat bisa memberi banyak masukan melalui uji publik yang digelar baik melaluiroadshow maupun melalui sosialisasi di laman resmi kementerian.

"Silakan. Bebas berpendapat saat uji publik ini. Bagian mana yang tidak setuju bisa diungkapkan. Misalnya penghapusan IPA-IPS tingkat SD," ungkapnya.

PB PGRI Meluncurkan Mobile Newspaper Suara Guru


MEDIACENTER - Seiring dengan peringatan Hari Guru, tanggal 25 November 2012 PB PGRI meluncurkan Mobile Newspaper (MNS) Suara Guru. MNS ini adalah kerjasama PB PGRI dengan Telkomsel dan Huawei. Bagi pembaca dan guru yang ingin menikmati konten Suara Guru PB PGRI, pengguna Telkomsel silakan ketik *939# ketik 4. MNS Suara Guru PB PGRI berisi informasi seputar organisasi PGRI, pendidikan, dan guru yang akan hadir secara GRATIS tanpa dipotong pulsa.

Tunjangan Belum Lunas, Sertifikasi Guru Lanjut Terus


JAKARTA, KOMPAS.com - Uji kompetensi awal (UKA) dan uji kompetensi guru (UKG) akan tetap digelar meski hasilnya belum memenuhi target sampai saat ini. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI Mohammad Nuh menegaskan, langkah itu tetap akan ditempuh untuk dapat memetakan kemampuan seluruh guru di Indonesia.


"Mengapa kami tetap melakukan UKA dan UKG Online sebelum sertifikasi? Seperti yang sudah kami jelaskan, langkah ini untuk memastikan peta-peta guru sampai dimana kemampuan mereka," kata Nuh di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Jakarta, Selasa (20/11/2012).

Nuh menegaskan, usaha pemerintah dalam peningkatan mutu guru tidak akan berhenti sampai di tahap sertifikasi guru saja. Pemerintah akan terus melakukan upaya untuk mengukur kinerja guru. Saat ini, lanjutnya, pemerintah baru mampu melakukan tahap menyejahterakan guru melalui tunjangan yang diberikan bagi guru-guru yang telah memenuhi kriteria.

"Dengan sertifikasi, guru-guru yang sekadar ngobyek sudah turun drastis. Memang, dari tunjangan guru yang diberikan belum lunas semuanya, tapi dari sana minimal kesejahteraannya dulu, daripada tidak sama sekali," ucapnya.

"Kami akan mengukur kehadiran, persiapan bahan ajar, dan terus melalukan peningkatan dalam uji kompetensi guru. Walau ada kritik habis-habisan pun, kami akan tetap lakukan sertifikasi. Wong sertifikasi guru kan amanat undang-undang," tambahnya kemudian.

Selain meningkatkan hasil sertifikasi yang telah digelar, Nuh juga mengatakan kementerian akan lebih selektif dalam meningkatkan kemampuan profesional guru, khususnya terkait rekruitmen para guru baru. Calon guru harus menempuh pelatihan panjang dan harus tinggal di asrama.

Bapak dan Ibu Guru, Siap Sambut Kurikulum Baru?


JAKARTA, KOMPAS.com — Atas alasan menjalankan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memutuskan untuk merampungkan segera perombakan kurikulum pendidikan, mulai dari jenjang sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA). 

Untuk itu, mulai tahun 2013 mendatang, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dijalankan sejak 2006 akan berganti wajah dengan Kurikulum 2013. Ini adalah pergantian kurikulum pendidikan yang ketiga dalam satu dekade terakhir, yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi pada tahun 2004, KTSP, dan terakhir yang akan berlaku, Kurikulum 2013.


Kurikulum baru disebutkan menawarkan sesuatu yang berbeda dari kurikulum pendahulunya, yaitu pendekatan berbasis tematik integratif khusus untuk jenjang pendidikan dasar. Dengan pendekatan ini, siswa untuk tingkatan dasar akan belajar berdasarkan tema yang akan dikombinasikan dengan enam mata pelajaran yang ditentukan, yaitu PPKn, Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya, serta Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. 

Sementara itu, materi pelajaran Sains tidak akan diwujudkan dalam mata pelajaran tersendiri seperti sekarang, yaitu IPA dan IPS, tetapi akan dijadikan penggerak tema yang ada. Perombakan kurikulum ini juga menuntut anak-anak belajar lebih lama di sekolah karena ada kewajiban para siswa untuk mengobservasi masing-masing tema.

Kemendikbud meyakini bahwa kurikulum dengan sistem pembelajaran yang sudah diterapkan di berbagai negara maju, seperti Finlandia, Jerman, dan Perancis, ini dapat menghasilkan generasi berkompetensi seimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Namun, sistem pembelajaran yang tampak sempurna ini tidak akan mampu berjalan sesuai sasaran tanpa ujung tombak yang siap dan mampu. 

Jangan berganti terus

Dihubungi terpisah, pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta, Lody Paat, mengatakan bahwa penerapan kurikulum baru ini harus jelas alasannya. Pasalnya, pemberlakuan kurikulum baru ini belum tentu dapat diterima dengan baik oleh para tenaga pengajar yang berujung akan menghambat implementasi dari kurikulum baru ini. Ia menegaskan bahwa pemerintah harus mampu menjamin bahwa kurikulum baru ini dapat diimplementasikan dengan baik dan bukan hanya sekadar konsep. Menurutnya, konsep sebagus apa pun tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa ada kesiapan dari para eksekutornya, yaitu guru.

“Problemnya nanti akan ada pada implementasinya. Konsep mungkin dikaji sudah baik, tapi untuk implementasinya juga harus dijamin dengan baik. Jangan nanti sudah coba diterapkan ternyata tidak dapat diimplementasikan,” ujar Lody.

“Sekarang kan alasannya diganti kenapa? Kemudian kurikulum yang lama kenapa? Jangan ganti-ganti saja. Sekarang yang merasakan itu para guru dan siswa yang langsung berhubungan dengan kebijakan ini. Jangan-jangan karena banyak tawuran terus kurikulum diganti agar soft skill dan hard skill seimbang. Ini tidak bisa seperti itu,” imbuhnya.

Pak dan Bu Guru, sudah siap?
Dalam hal ini, pengamat pendidikan Arief Rachman mengatakan, gurulah yang memiliki peran penting terhadap efektivitas berjalannya kurikulum ini. Lalu siapkah para guru dengan perubahan kurikulum ini?

Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Semarang, Ngasbun Egar, mengatakan bahwa pemerintah harus mempersiapkan para guru untuk menjalankan kebijakan ini, khususnya basis tematik integratif yang dinilai olehnya membutuhkan adaptasi terlebih dahulu bagi para guru. Pasalnya, selama ini para guru terbiasa mengajar dengan mata pelajaran yang berdiri sendiri sehingga dikhawatirkan akan muncul masalah dalam implementasinya jika tak ada persiapan.

"Jangan sampai nantinya guru tidak siap dengan kebijakan itu atau malah menyulitkan. Sebelum kurikulum baru diterapkan, harus ada jaminan 100 persen perangkatnya siap. Perangkat yang terpenting adalah guru yang menjalankan kurikulum. Kalau gurunya siap, maka kurikulum akan berjalan bagus," kata Ngasbun.

Kendati demikian, ia menjelaskan bahwa pendekatan berbasis tematik integratif dengan sains sebagai penggeraknya sangat mungkin dijalankan pada tingkat dasar mengingat untuk jenjang SD guru masih terbagi berdasarkan kelas. Namun, sekali lagi tanpa persiapan yang matang dan uji coba yang layak justru malah akan menyulitkan dan menjadi bumerang bagi dunia pendidikan di Indonesia. Alih-alih memperbaiki kualitas pendidikan, kurikulum baru justru membuat kualitas pendidikan semakin turun karena guru yang tidak siap dan kaget akibat perubahan pola pengajaran.

Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan bahwa guru telah disiapkan untuk berjalannya kurikulum baru yang sesuai target. Salah satu yang telah dilakukan adalah Uji Kompetensi Guru (UKG) sejak Agustus hingga November ini bagi guru di seluruh Indonesia. Selanjutnya, pihaknya juga akan menyiapkan Penilaian Kinerja Guru untuk mendongkrak kualitas guru yang selama ini dinilai masih belum sesuai. Tidak hanya itu, para guru juga akan dimintai pendapat melalui uji publik kurikulum baru yang akan dilaksanakan pada awal Desember mendatang.

“Ini sudah jelas kajiannya sejak lama. guru tentu saja dipersiapkan agar kurikulum berjalan baik. Guru juga bisa berpendapat nanti saat uji publik dan roadshow yang akan digelar di sejumlah daerah sehingga akan ada masukan untuk kurikulum ini. Yang pasti kalau sudah berjalan pasti baguslah ini,” ungkap Nuh.

Nah, seperti apa kurikulum baru ini berjalan? Hal ini tentu menjadi pertanyaan bagi banyak pihak dan para pemerhati pendidikan. Akankah nasib kurikulum ini hanya bernasib sama dengan kurikulum pendahulunya yang tak bertahan lama? Atau kurikulum ini justru mampu meningkatkan kualitas pendidikan baik dari segi tenaga pengajar maupun peserta didik sesuai target?

Sekali lagi, pertanyaannya, Bapak dan Ibu Guru sudah siap menerima tanggung jawab dalam kurikulum baru ini? Siap untuk mengubah gaya pengajaran menjadi lebih interaktif dan menarik?

Mendikbud Targetkan 100 Politeknik Hingga 2015



SAMPANG, KOMPAS.com - Mendikbud Mohammad Nuh menargetkan pendirian 100 politeknik baru hingga tahun 2015, karena Indonesia membutuhkan jutaan "skill workers" (tenaga terampil) saat masuk "tujuh besar" negara maju pada tahun 2030.
"Karena itu, kami akan menyiapkan skill workers yang akan dibutuhkan pada saatnya nanti. Caranya, kami akan meningkatkan kapasitas universitas yang sudah ada, tapi kami juga akan mendirikan politeknik baru," katanya kepada Antara di Sampang, Madura, Jatim, Minggu (11/11/12).

Setelah meletakkan batu pertama Politeknik Negeri Madura (Poltera) di Sampang, ia menjelaskan alasan politeknik baru menjadi pilihan adalah untuk menggenjot akses masuk perguruan tinggi dan memenuhi kekurangan ’skill workers’.
"Yang tidak kalah pentingnya, perbaikan distribusi perguruan tinggi yang tidak tersebar di kota-kota besar, karena itu kami mendirikan politeknik baru di Jatim yakni di Sampang (tengah), Banyuwangi (timur), dan Madiun (barat)," katanya.
Secara nasional, katanya, pihaknya akan mendirikan politeknik pada kawasan 3-T yakni terluar, terpencil, dan termiskin, di antaranya Sangihe, Merauke, dan sebagainya. "Untuk memenuhi kekurangan ’skill workers’ itu, kami merencanakan pendirian 100 politeknik hingga 2015," katanya.
Ditanya anggaran pendirian politeknik itu, ia mengatakan pihaknya akan menganggarkan dalam APBN, karena anggaran pendidikan dalam APBN mengalami peningkatan.
"Kalau setiap politeknik membutuhkan Rp 100 miliar, maka untuk 100 politeknik akan dibutuhkan anggaran Rp 10 triliun," katanya.
Setelah meletakkan batu pertama Poltera, Mendikbud sempat memberikan kuliah umum yang dilakukan secara interaktif melalui dialog dengan enam mahasiswa Poltera yang "dititipkan" studi di PPNS dan PENS.
"Pendidikan itu ibarat lift. Kalau mau naik gedung, kita bisa saja menaiki dengan tangga biasa, tapi bisa dengan lift. Pendidikan itu ibarat lift yang berarti naik gedung atau naik jenjang lebih tinggi tanpa susah, karena tinggal pencet," katanya.
Oleh karena itu, ia mengingatkan pentingnya pendidikan sebagai kunci sukses. "Untuk masyarakat yang tidak mampu, kami menyediakan beasiswa agar mereka yang hidupnya terbatas juga bisa sukses. Yang penting adalah belajar, aktif berorganisasi, dan patuh kepada orang tua. Insya-Allah, sukses," katanya.

"Berkali-kali UKG, Sosialisasi Tetap Saja Minim"


JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah selesai pada Jumat (2/11/2012) lalu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kembali melanjutkan Uji Kompetensi Guru (UKG) bagi para guru yang terdaftar belum mengikuti tes ini. Namun sayangnya sosialisasi terkait UKG lanjutan ini sangat minim sehingga mengejutkan para guru.

Salah satu guru SMP Negeri 106 Jakarta, Heru Purnomo, mengatakan bahwa tidak ada sosialisasi mengenai UKG lanjutan yang mulai dilakukan pada Senin (5/11/2012) lalu. Bahkan pada pelaksanaan UKG yang sebelumnya, undangan juga selalu datang mendadak.

"UKG ini sifatnya selalu dadakan. Banyak guru yang mengaku dapat undangan sore hari untuk ujian besok," kata Heru kepada Kompas.com, Jumat (9/11/2012).

Dengan pemberitahuan yang minim, ia mengungkapkan banyak guru yang akhirnya ikut tanpa persiapan yang memadai hanya untuk memenuhi undangan tersebut. Hal ini tentu merugikan para guru karena tidak dapat mengerjakan ujian secara optimal dan juga kehilangan waktu mengajar.

"Akibatnya memang kurang persiapan saat mengerjakan soal UKG. Efeknya tentu merugikan bagi guru-guru ini," jelas Heru.

Beberapa waktu lalu, pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Kepala Pusat Pengembangan Profesi Pendidik yaitu Unifah Rosyidi mengatakan bahwa sosialisasi terkait UKG ini merupakan wewenang dari Dinas Pendidikan setempat. Pasalnya, para guru ini berada di bawah tanggung jawab Dinas Pendidikan.

"Yang melakukan sosialisasi itu Dinas Pendidikan setempat. Kami tidak bisa begitu saja menyentuh para guru," jelas Unifah.

Sementara itu, pihak Dinas Pendidikan DKI Jakarta hingga saat ini tidak kunjung bisa dihubungi untuk dimintai keterangan mengenai minimnya sosialisasi UKG kepada para guru sehingga pelaksanaannya selalu terkesan mendadak.

Mendikbud: Penerbit Tak Perlu Kawatir Kurikulum Baru


SURABAYA, KOMPAS.com - Mendikbud Mohammad Nuh meminta penerbit untuk tidak khawatir dengan kurikulum baru pada tahun ajaran 2013/2014, karena pergantian buku tidak akan dilakukan secara langsung, melainkan bertahap.
"Misalnya, SD itu mungkin saja buku kelas satu yang diganti terlebih dulu, bukan langsung buku kelas satu sampai enam, tapi nanti saya akan bicara dengan mereka (penerbit)," katanya di Surabaya, Jumat (9/11/2012) petang.
Ia mengemukakan hal itu setelah bersilaturahmi dengan 2.000-an mahasiswa penerima beasiswa Bidik Misi dari ITS, Unair, Unesa, PENS, dan PPNS di lapangan futsal ITS Surabaya.

Dalam silaturahmi yang juga dihadiri pengusaha nasional Chaerul Tanjung (anggota MWA Unair/Ketua KEN), ia menegaskan bahwa perubahan buku pun tidak akan dilakukan semuanya, karena masih ada sebagian yang tanpa perubahan.
"Jadi, perubahan yang ada akan ada tahapannya dan tidak semua mata pelajaran akan dirombak, karena masih ada yang tetap dipakai. BSE juga tetap. Untuk itulah, penerbit tidak perlu khawatir," katanya.
Ditanya perkembangan rencana perubahan kurikulum nasional itu, ia menjelaskan minggu depan akan dilaporkan kepada Wakil Presiden, lalu akhir November atau awal Desember akan mulai ada uji publik.
"Insya-Allah, tahun ajaran bari 2013-2014 sudah mulai diterapkan kurikulum nasional yang baru," kata Menteri yang juga mantan Rektor ITS Surabaya itu.
Di hadapan ribuan mahasiswa penerima beasiswa Bidik Misi itu, Mendikbud menyatakan kehidupan ekonomi seseorang itu boleh saja mengalami keterbatasan, tapi cita-cita orang itu tidak boleh terbatas.
"Karena itulah sekarang ada beasiswa Bidik Misi yang jumlahnya sudah mencapai 92 ribu mahasiswa dan mulai tahun depan sudah ada yang lulus. Itu bukti orang miskin itu tidak dilarang kuliah," katanya.

Kemdikbud Luncurkan Program Kelas Maya


JAKARTA, KOMPAS.com - Guna memperbaiki proses pembelajaran yang ada saat ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meluncurkan program Kelas Maya. Secara resmi, program diluncurkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, Jumat (9/11/2012).

Kepala Pusat Teknologi dan Komunikasi Kemdikbud, Ari Santoso, mengatakan bahwa keberadaan Kelas Maya ini merupakan bentuk dukungan bagi proses pembelajaran yang lebih terintegrasi baik dari sisi konten maupun proses interaksi.

"Ini dilakukan juga karena terbatasnya jumlah guru. Dengan Kelas Maya ini, guru dari daerah mana saja dapat dipilih oleh murid dari semua penjuru Indonesia untuk mengajar," kata Ari saat jumpa pers di Gedung C Kemdikbud, Kamis (8/11/2012).

Ia menjelaskan bahwa siswa yang ingin memperdalam ilmu melalui Kelas Maya ini dapat memilih sendiri guru yang diinginkan untuk masing-masing mata pelajaran. Tidak hanya berinteraksi dengan guru, lewat Kelas Maya ini siswa juga wajib berhubungan dengan siswa lain secara online untuk berdiskusi.

"Jadi nanti formatnya seperti teleconference dengan guru. Sementara antar siswa saat berdiskusi disediakan format chatting," ujar Ari.

"Murid bebas memilih guru yang diinginkan dari berbagai provinsi selama kuota anak yang diajar oleh guru tersebut masih dapat tertampung," jelasnya.

Untuk jadwal pembelajaran, para siswa ini dapat melihat langsung pada status guru yang bersangkutan. Para guru ini yang akan mengatur jadwal kapan akan online sehingga para siswa tinggal menyesuaikan saja. Jika tertarik untuk belajar melalui Kelas Maya ini, maka siswa harus login dulu dengan membuka situs belajar.kemdiknas.go.id.

"Login ini fungsinya untuk mengetahui tingkatan dan jenjang sekolah si anak. Untuk pelaksanaan pertama ini, sudah ada 16 sekolah di seluruh Indonesia yang akan melaksanakannya," tandasnya.

Guru: Untuk Nasional, UKG Lebih Baik Tertulis Saja...

JAKARTA, KOMPAS.com - Uji Kompetensi Guru (UKG) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan masih menyisakan berbagai persoalan. Salah satunya adalah kendala jaringan sambungan internet yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.

Salah seorang guru SMK Negeri 2 Raha, Muna, Sulawesi Tenggara yaitu La Ode Daerah, mengatakan bahwa pelaksanaan UKG yang telah dilaksanakan beberapa waktu lalu masih terkendala masalah jaringan. Menurutnya, akan lebih efektif jika UKG dilakukan dengan metode tertulis.

"Sebenarnya kalau kebutuhannya untuk nasional, ya lebih baik dilakukan secara tertulis karena tidak semua daerah bisa mengakses jaringan dengan baik," kata La Ode kepada Kompas.com, Jumat (9/11/2012).


Ia menuturkan bahwa wilayahnya yang berada di Sulawesi Tenggara tersebut sulit mendapat jaringan untuk sambungan internet. Bahkan terkadang soal yang diujikan juga tidak keluar secara lengkap karena sinyal internet yang lemah di wilayahnya.

Terkait dengan pelaksanaan UKG lanjutan yang telah digelar sejak Senin (5/11/2012) lalu, ia mengatakan bahwa pihaknya belum mendapat sosialisasi dari pihak Dinas Pendidikan setempat. "Sampai saat ini belum ada sosialisasi tentang UKG lanjutan ini. Jadi kami juga tidak tahu itu akan dilaksanakan di sini atau tidak," jelas La Ode.

Seperti diberitakan sebelumnya, UKG kembali dilakukan pada Senin lalu sebagai kelanjutan dari UKG Gelombang Kedua yang semestinya selesai pada Jumat (2/11/2012) lalu. Pelaksanaan UKG lanjutan ini diperuntukkan bagi para guru yang tidak ikut lantaran sedang menunaikn ibadah haji atau sakit.

Beberapa daerah juga memilih menyelenggarakan UKG secara tertulis karena keterbatasan sinyal dan listrik yang belum dapat menjangkau daerah-daerah tersebut. Sebagian besar daerah tersebut memang berada di Provinsi Sulawesi Tenggara.

RECENT POST

Blogger Widget Get This Widget