.

Minggu, 02 Desember 2012

Pembukaan Kongres XX PGRI


Presiden SBY, didampingi Mendiknas dan Ketua Umum PGRI, memukul gong tanda resmi membuka Kongres XX PGRI, di Hotel Novotel Palembang, Selasa (1/7) malam. (foto: anung/presidensby.info) Palembang: Selasa (1/7) malam, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan Pembukaan Kongres XX Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di Ballroom Hotel Novotel, Palembang. Kongres XX PGRI yang berlangsung dari tanggal 30 Juni hingga 4 Juli 2008 ini mengangkat tema "Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Guru Profesional ,Sejahtera, dan Terlindungi".

Ketua Umum Pengurus Besar PGRI, Prof. Dr. H.M. Surya, melaporkan bahwa kongres ini dihadiri lebih kurang 1.800 guru yang mewakili 1,6 juta anggota PGRI dari seluruh pelosok tanah air. "Kongres telah diawali dengan pertemuan akbar kaum perempuan yang dimulai tanggal 30 Juni 2008 dengan paparan dari Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan," ujar Surya.


"Kami berharap kehadiran Presiden pada acara ini dapat memberikan pencerahan bagi para guru dan masa depan pendidikan nasional," kata Surya. "Pemilihan Palembang sebagai tuan rumah penyelenggaraan Kongres PGRI didasarkan atas pertimbangaan bahwa pemerintah dan masyarakat Sumsel telah secara nyata memberikan perhatian besar terhadap dunia pendidikan, khususnya para guru, dan juga untuk mendukung program Visit Musi 2008," Surya menambahkan.

Dalam kesempatan tersebut Presiden SBY menyaksikan penyerahan penghargaan Ketua Umum PB PGRI berupa piagam penghargaan Dwidya Praja Nugaraha kepada, diantaranya, Walikota Palembang Eddy Santana Putra dan Bupati Lahat Sumsel Harunata. Diserahkan pula plakat PGRI kepada empat Tokoh Guru Nasional dan Internasional yang memajukan Majalah Suara Guru. Mereka, antara lain, Penasihat PB PGRI XIX Prof Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro dan Rektor Universitas Indra Prasta PGRI Jakarta Dr. Sumaryoto.

Mendiknas Bambang Sudibyo pada sambutannya mengatakan upaya meningkatkan profesionalisme guru bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah saja tetapi juga menjadi tanggungjawab organisasi profesi guru itu sendiri. "Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 dan Undang Guru No. 14 Tahun 2005 adalah dua undang-undang yang menyesakkan dada Menteri Keuangan," kata Bambang.

"Di saat ekonomi dunia yang tidak menentu, dari dalam negeri ada desakan yang sangat pasti dari Undang-undang Sisdiknas. Namun demikian, pemerintah terus berusaha sekeras mungkin mengatasi gejolak ekonomi dunia sekaligus bisa memenuhi amanah UU Sisdiknas dan UU Guru," tambahnya.

Sementara itu Presiden SBY berharap agar Kongres XX PGRI dapat menghasilkan sesuatu yang membawa kebaikan bagi PGRI, seluruh guru, dan tentunya dunia pendidikan, bangsa, dan negara. "Saya mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada PGRI atas peran, kontribusi, dan pengabdiannya sejak berdiri pada tahun 1945 hingga sekarang yang tidak pernah putus sehingga bisa memperjuangkan nasib, kesejahteraan, dan masa depan guru di seluruh Indonesia," kata SBY.

Untuk PGRI, Presiden SBY pun berpantun. "Bunga selasih dari Kendari tak pernah layu. Terimakasih PGRI, thank you," seru SBY disambut tepuk tanggan para undangan. Hadir dalam acara ini, antara lain, Sekjen Education International Fred Van Leeuwen, Menko Kesra Aburizal Bakrie, Mensesneg Hatta Rajasa, Menkominfo M. Nuh, dan Jubir Presiden Andi Mallarangeng. (osa)
Sumber
http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2008/07/01/3225.html

0 komentar:

Posting Komentar

RECENT POST

Blogger Widget Get This Widget